PARADIGMA biomedis di awal kemerdekaan relatif rendah. Hal ini ditunjukkan dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi, serta prevalensi penyakit menular merata di seluruh kalangan.
Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr. Zaenal Abidin MH.Kes mengatakan hal tersebut dikarenakan rendahnya kualitas lingkungan, kurangnya sumber daya manusia kesehatan, dan terbatasnya sarana kesehatan dan pembiayaan. Maka, aspeknya jadi kuratif pelayanan kedokteran, pembangunan rumah sakit, distribusi obat-obatan, farmasi luas dalam negeri dan luar negeri.
"Paradigma sehat orde baru, puncaknya Indonesia Sehat 2010 merupakan komitmen sangat mulia, sayangnya tidak didukung infrastruktur dan stakeholder biomedik. Aspek kuratif tidak ditinggalkan, pihak asing masuk ke Indonesia,"ujar Dr. Zaenal Abidin MH.Kes pada perayaan HUT IDI Ke-63 di Grand Royal Kuningan Hotel, Jakarta Selatan, Kamis 24 Oktober.
Selanjutnya ia menjelaskan bahwa paradigma sehat berdaulat harus mempunyai paradigma sehat ke depannya. Biomedik perlu dioptimalkan, dan pelayanan kesehatan serta dokter sebagai ujung tombaknya layanan primer harus dikedepankan.
Lebih lanjut, Dr. Zaenal Abidin mengatakan langkah-langkah strategis yang harus dilakukan dalam menghadapi problem struktural kesehatan di Indonesia di antaranya adalalah optimaliasi publik health, penekanan promotif preventif, dan optimalisasi sarana kesehatan terstruktur.
"Selain itu, optimalisasi pelayanan kesehatan ibu dan anak, optimalisasi gizi seimbang, optimalisasi pelayanan kesehatan asuransi kesehatan dan optimalisasi program pendidikan kedokteran,"jelasnya. (ind)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends: